Title : Kekehan Cicak
Author : Giant Pearl
Genre : Fiksi
Hari ini adalah hari yang sangat biasa saja untukku. Aku sering melewatkan hari seperti ini
pada hari-hari sebelumnya. Aku coba untuk mengerjakan soal teka-teki silang
punyaku yang kubeli seharga 5 lembar seribuan dengan tujuan membantuku melewati
hari-hariku yang sia-sia.
Setelah matahari
terbenam, aku, dengan niat awalku akan membuka tulis-tulisanku di komputerku,
yang berisi rintihan perasaanku, kekesalanku, amarahku, cintaku, rinduku, apapun
itu yang aku pikirkan.
Dari semua
tulisan-tulisan tak berguna yang memang hanya berfungsi sebagai wujud ekspresiku
terhadap diriku sendiri, hampir 1 banding 2 berisi tentang rasa cintaku yang
terpendam. Perasaan yang sangat kuindah-indahkan dengan mulutku, tanganku,
otakku, hatiku, pikiranku dan mimpi-mimpiku yang tak pernah berakhir.
Namun, aku
urungkan niatku untuk menulis, aku sudah kehabisan kata-kata, yang aku inginkan
sekarang hanyalah berimajinasi, mengkhayal sesuatu hal yang tidak dapat
kumiliki. Aku suka kegiatan ini. Dimana pikiranku melayang bebas, terbang jauh
di langit biru berselimut awan-awan putih lembut. Aku sangat menyukainya, bebas
dalam berimajinasi.
Aku tidak punya
pekerjaan untuk aku kerjakan saat ini mungkin sampai esok pagi lagi pula ini
sudah lewat jam makan malam malah lebih sejam. Aku bersiap tidur. Tidak! Memang
mataku terpejam tapi pikiran-pikiranku tak pernah tidur. Pikiran-pikiranku akan
hilang ketika aku mulai menggunakan hatiku. Dan ketika menggunakan hatiku
adalah dimana kesadaranku hilang.
Ku tutup pintu
kamarku yang berwarna putih, dan kumatikan lampu, tidak ada lagi yang
menyinari. Hanya Tuhanlah yang akan menyinari pikiran-pikiranku. Aku memejamkan
mata, namun aku tak tidur. Aku mulai memeluk guling kesayanganku yang bentuknya
panjang dan sekitar 3 kaki.
Ketika aku
memeluknya, aku membuka mataku, otakku kini otomatis mengintruksikan mataku
untuk menganggap gulingku punya mata elang yang memiliki bola mata berwarna
biru, memiliki alis tebal dan tegas, hidungnya tinggi dan bibir peachnya yang
tipis. Aku membayangkan ia seperti pangeran-pangeran dalam dunia dongeng.
Aku juga punya
pangeran kesayangan, yaitu idolaku. Ketika aku mulai membayangkan sedang
memeluk pangeranku, kudengar kekehan hewan sangat kencang. Krrk krrk krrk
krrk. Aku merasa dilecehkan.
Mereka
mentertawakan aku yang bisanya hanya membayangkan memeluk pangeran sambil
memeluk guling kesayangan. Aku menghentikan alur imajinasiku. Dan aku tidak mendengar
lagi kekehan hewan itu.
Apa itu tikus?
Hei, kamarku bersih tidak mungkin lagi pula suara tikus adalah cit cit cit
cit bukan krrk krrk krrk krrk. Apa mungkin itu adalah kecoa? Hish,
sudah kubilang aku rajin membersihkan kamarku setiap berganti musim, dan lagi
aku belum pernah mendengar suara kecoa.
Dan aku yakin
ini adalah perbuatan hewan melata yang gemar menempel di dinding. Cicak. Krrk
krrk krrk krrk. Lagi-lagi aku mendengar kekehan ejekan di kamarku. Aku
jengkel dengan suara-suara itu. Aku tetap memeluk gulingku tanpa berasumsi itu
adalah pangeran. Aku berusaha benar-benar memejamkan mata dan otakku kali ini. Oke
cicak aku tidur, aku tidak akan berkhayal. Janjiku pada cicak. Hening. Tidak
ada suara itu lagi, tulang pipiku naik.
Aku kembali
mengurungkan niatku untuk tidur, dan kembali ke kegiatan awalku tadi,
berkhayal. Aku sangat menyukai hobiku yang satu itu. Itu tidak hanya sebuah
hobi tapi itu adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan energi dan kalori.
Aku kembali
memeluk pangeranku, mengatakan padanya “Aku ingin bertemu denganmu sedari dulu.
Kenapa baru kali ini kau temui aku?” tiba-tiba imajinasiku buyar, hancur karena
suara kekehan cicak menggangguku, aku risih dan jengkel.
Aku sempat
menggunakan otakku untuk berpikir dengan cicak-cicak yang mengejekku. Kenapa
cicak itu selalu mengejekku ketika aku berkhayal? Seakan-akan hewan melata itu
mentertawai hobiku dan menganggap hobiki itu bodoh dan sia-sia.
Hey cicak! Kau
tak perlu ikut campur urusanku. Urusanku adalah urusanku. Dan urusanmu adalah
urusanmu. Ketika ku lihat jam dinding, sudah menunjukkan pukul 12 malam.
Uhh aku kesal.
Padahal aku masih ingin berkhayal, karena sudah tengah malam, dan lagi mataku
sangat perih untuk tetap terbuka. Aku putuskan untuk tertidur.
Ish! Dasar cicak
yang suka mengejek, aku sangat ku benci padamu! Awas kau jika keesokannya
ketika aku mulai berkhayal dan kau muncul lagi, aku tak segan-segan membakarmu
hidup-hidup.
Komentar
Posting Komentar
Upayakan menggunakan bahasa yang baik dan sopan, terimakasih